Pengobatan Alternatif Bu Ningsih Tinampi
Pengobatan
alternatif Ibu Ningsih Tinampi yang berlokasi di Dusun
Lebakasari, Rt 06 Rw13, Desa Karangjati, Kecamatan Pandaan,
Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, pengobatan ini ditangani langsung oleh bu ningsih, jika keluarga, terkena guna guna maupun santet jangan ragu untuk datang ke tempat bu ningsih, isyaallah santet maupun guna - guna bisa dihilangkan dengan izin Allah Subhanahu Wa Ta'ala
Santet adalah upaya seseorang untuk mencelakai orang lain dari jarak jauh dengan menggunakan ilmu hitam. Santet dilakukan menggunakan berbagai macam media antara lain rambut, foto, boneka, dupa, rupa-rupa kembang, paku dan lain-lain. Santet sering dilakukan orang yang mempunyai dendam karena sakit hati kepada orang lain,
Ibu Ningsih tidak mematok harga untuk pengobatan, jika anda kurang mampu akan digratiskan untuk pengobatan ini, karena tujuan bu ningsih yaitu untuk membantu orang orang yang ingin sembuh dari santet ataupun guna guna,
Tidak hanya berikhtiar menyembuhkan dari santet yang menempel di tubuh pasien, ibu Ningsih Tinampi juga mengambil ruh dukun santet itu dan memusnahkannya. Uniknya, proses penyembuhan pasien santet dilakukan secara terbuka, rame-rame di tengah ruangan rumahnya yang terdiri dari puluhan bed tempat para pasien dibaringkan. Sekali masuk ke ruang itu cukup untuk 30 pasien.
Setiap santet yang merasuki pasien diwawancarai dulu, mereka itu setan jenis apa. Jadi di tahap ini, pasien dijadikan medium untuk mempersonifikasi si setan santet itu. Ada yang jin dari pesantren, kuntilanak, siluman, dan sebagainya. Kalau setan itu tidak kooperatif, bu Nigsih akan menyiksanya sedemikian hingga setan itu pun mau menjawab apa pun yang ditanyakan bu Ningsih. Pertanyaannya meliputi asal-usul dia jadi setan itu (misalnya dari orang yang mati bunuh diri, dibunuh, kecelakaan, atau dari dukun-dukun yang sudah mati) lantas siksa kubur seperti apa yang dialaminya. Terus, bagaimana ceritanya kok bisa menjadi santet. Biasanya para santet menjawab bahwa mereka tadinya diundang, ditarik, atau dijebak oleh dukun santet sehingga lepas dari siksa kubur dan menjadi budak sang dukun. Kalau tidak mau “bekerja” memenuhi permintaan sang dukun, santet itu disiksa oleh si dukun.
Kadang kala, santet itu disuruh “mundur” sejenak, lantas bu Ningsih mendatangkan ruh si dukun dan memasukkannya ke dalam tubuh medium. Lantas si dukun itu ditanya-tanya dan bahkan hingga berdebat, menantang-nantang, dan bahkan berkelahi dengan bu Ningsih. Kadang pula dukun itu tidak datang sendirian, tapi berbondong-bondong dengan dukun santet lainnya serta masing-masing mengerahkan setan-setan miliknya. Semua dihadapi oleh bu Ningsih dengan sekuat tenaga. Satu-persatu ruh dukun itu diambil dan disedot masuk ke dalam mulut bu Ningsih, lantas ditelan masuk ke perutnya, hingga ruh terakhir berupa kesaktian sang dukun.
Apakah bu Ningsih membunuh si dukun?
Bu Ningsih menyatakan dia bukan pembunuh. Dia adalah penyembuh. Pasien yang berobat itu adalah para korban dukun santet yang menggunakan jin dan setan untuk membuat mereka sakit atau bahkan mati. Nah, bu Ningsih ini mengalahkan santet itu dan mengatakan kepada para santet agar lepas dari tubuh pasien. Para santet itulah yang kemudian ganti mengeroyok sang dukun, ibarat senjata makan tuan, hingga menewaskannya. Nantinya kematian sang dukun akan menyebabkannya menjadi santet juga.
Tidak hanya berikhtiar menyembuhkan dari santet yang menempel di tubuh pasien, ibu Ningsih Tinampi juga mengambil ruh dukun santet itu dan memusnahkannya. Uniknya, proses penyembuhan pasien santet dilakukan secara terbuka, rame-rame di tengah ruangan rumahnya yang terdiri dari puluhan bed tempat para pasien dibaringkan. Sekali masuk ke ruang itu cukup untuk 30 pasien.
Setiap santet yang merasuki pasien diwawancarai dulu, mereka itu setan jenis apa. Jadi di tahap ini, pasien dijadikan medium untuk mempersonifikasi si setan santet itu. Ada yang jin dari pesantren, kuntilanak, siluman, dan sebagainya. Kalau setan itu tidak kooperatif, bu Nigsih akan menyiksanya sedemikian hingga setan itu pun mau menjawab apa pun yang ditanyakan bu Ningsih. Pertanyaannya meliputi asal-usul dia jadi setan itu (misalnya dari orang yang mati bunuh diri, dibunuh, kecelakaan, atau dari dukun-dukun yang sudah mati) lantas siksa kubur seperti apa yang dialaminya. Terus, bagaimana ceritanya kok bisa menjadi santet. Biasanya para santet menjawab bahwa mereka tadinya diundang, ditarik, atau dijebak oleh dukun santet sehingga lepas dari siksa kubur dan menjadi budak sang dukun. Kalau tidak mau “bekerja” memenuhi permintaan sang dukun, santet itu disiksa oleh si dukun.
Kadang kala, santet itu disuruh “mundur” sejenak, lantas bu Ningsih mendatangkan ruh si dukun dan memasukkannya ke dalam tubuh medium. Lantas si dukun itu ditanya-tanya dan bahkan hingga berdebat, menantang-nantang, dan bahkan berkelahi dengan bu Ningsih. Kadang pula dukun itu tidak datang sendirian, tapi berbondong-bondong dengan dukun santet lainnya serta masing-masing mengerahkan setan-setan miliknya. Semua dihadapi oleh bu Ningsih dengan sekuat tenaga. Satu-persatu ruh dukun itu diambil dan disedot masuk ke dalam mulut bu Ningsih, lantas ditelan masuk ke perutnya, hingga ruh terakhir berupa kesaktian sang dukun.
Apakah bu Ningsih membunuh si dukun?
Bu Ningsih menyatakan dia bukan pembunuh. Dia adalah penyembuh. Pasien yang berobat itu adalah para korban dukun santet yang menggunakan jin dan setan untuk membuat mereka sakit atau bahkan mati. Nah, bu Ningsih ini mengalahkan santet itu dan mengatakan kepada para santet agar lepas dari tubuh pasien. Para santet itulah yang kemudian ganti mengeroyok sang dukun, ibarat senjata makan tuan, hingga menewaskannya. Nantinya kematian sang dukun akan menyebabkannya menjadi santet juga.
Dari Imran bin Hushain Radhiyallahu anhu, dia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
لَيْسَ مِنَّا مَنْ تَطَيَّرَ أَوْ تُطُيِّرَ لَهُ, أَوْ تَكَهَّنَ أَوْ تُكُهِّنَ لَهُ, أَوْ سَحَرَ أَوْ سُحِرَلَهُ, وَ مَنْ أَتَى كَاهِنًا فَصَدَقَهُ بِمَا يَقُوْلُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَدٍ.
Bukan dari golongan kami orang-orang yang bertathayyur (meramal kesialan) atau minta dilakukan tathayyur terhadapnya, atau orang yang melakukan praktek perdukunan atau mendatangi dukun (menanyakan hal yang akan datang), atau melakukan sihir atau mantra disihirkan. Barang siapa mendatangi dukun lalu ia mempercayai apa yang dikatakannya, berarti dia telah kufur terhadap apa yang telah diturunkan kepada Muahmmad Shallallahu ‘alaihi wa sallam”
Menurut Hadist diatas memang sihir benar adanya tetapi jangan pernah takut, tetap berdoa ke pada Allah Subhanahu Wa Ta'ala agar diberikan kebaikan, dan dihindarkan dari ilmu hitam apapun bentuknya serta diberikan perlindungan, karena Allah akan bersama orang yang berdoa kepadanya.
1 Response to "Pengobatan Alternatif Bu Ningsih Tinampi"
Cukup Allah lah sebaik baik penolong
Post a Comment